Pengetahuan dan HAM: Refleksi atas Kesenjangan yang Hadir
December 10, 2020Maraknya Kekerasan Berbasis Gender Online di Kala Pandemi COVID-19
January 29, 2021By: Michelle Wu
Today I will share with you my experiences growing up with a dual identity youth. I was born in Australia to Chinese parents. Because of this, I have grown up as a mix and fusion of both cultures. Enjoy some of my funny experiences!
Hari ini, saya akan berbagi pengalaman saya sebagai pemuda yang dibesarkan dengan dua identitas yang berbeda. Saya dilahirkan di Australia, tetapi orang tua saya berasal dari Cina. Karena itu, saya dibesarkan dengan perpaduan kedua budaya. Semoga Kalian menikmati pengalaman saya yang lucu!
My schooling experience was different to my classmates. I went to school six days a week, whereas my friends only went to school five days a week. My weekends comprised of only Sunday as my Saturdays were spent attending Chinese school. At the beginning when I was in primary school, I often cried and complained because my friends were able to play on Saturdays, whereas I still had to attend school. However, over time I became used to it. At Chinese school, I learnt how to read and write in Chinese. I even remember attending Chinese abacus classes too to learn how to calculate figures using an abacus!
Sejak kecil, pengalaman sekolah saya berbeda dengan teman-teman sekolah saya. Saya harus pergi ke sekolah enam hari per minggu, padahal mereka hanya pergi ke sekolah lima hari. Untuk saya, ‘akhir pekan’ berarti hari Minggu saja, karena pada hari Sabtu saya harus pergi ke sekolah bahasa Cina. Awalnya, ketika masih di sekolah dasar, saya selalu menangis dan mengeluh karena teman-teman saya lain boleh bermain di hari Sabtu, tetapi saya masih harus ke sekolah. Namun, seiring waktu, saya menjadi terbiasa. Di sekolah Bahasa Cina, saya mengambil kelas seperti membaca, menulis, dan percakapan dalam Bahasa Cina. Saya juga pernah mengambil kelas sempoa untuk belajar bagaimana menghitung angka melalui menggunakan sempoa!
My family also celebrates Christmas differently to the traditional way. Christmas is one of the most widely celebrated holidays in Australia. However, my parents never celebrated Christmas before they came to Australia. Over the years, we have developed our own version of celebrating Christmas, which is a mix of Australian traditions and Chinese food. This entails hanging Christmas lights, going to Christmas carols, celebrating with friends and family, but instead of the traditional turkey roast, we have Peking Duck as our main dish!
Keluarga saya merayakan Hari Natal dengan cara yang berbeda dari cara tradisional. Hari Natal adalah hari libur yang dirayakan secara besar di seluruh Australia. Namun sebelum orang tua saya pindah ke Australia, mereka tidak pernah merayakan Hari Natal. Selama bertahun-tahun, kami menciptakan versi kami sendiri yang unik untuk merayakan Hari Natal, yaitu berpanduan tradisi Australia dan makanan Cina. Mulai dari menggantung dekorasi Hari Natal di rumah, pergi ke konser tradisi untuk mendengarkan lagu-lagu tentang Hari Natal dan bertemu bersama keluarga dan teman-teman, namun uniknya, alih-alih jamuan tradisional kalkun panggang, kami makan makanan khas dari Cina, seperti bebek Peking!
I have also had funny experiences related to my identity when on holidays in China. My cousin took me to the bank to help me exchange some money from Australian dollars to Chinese Yuan. As we approached the teller, my cousin told him that there is an Australian foreigner who wants to exchange money. He then looked at both of us confusingly and asked for where the Australian was. I laughed because evidently, he did not think of me as an Australian!
Saya juga mengalami banyak momen lucu yang terkait dengan identitas saya ketika liburan di Cina. Sepupu saya mengantar saya ke bank untuk menukar Yuan Cina dengan dolar Australia. Sepupu saya bilang ke kasir bahwa ada orang Australia yang ingin menukar dolar Australia“. Yang lucunya, si kasir melihat sepupu saya dan saya dengan bingung, lalu bertanya di mana orang Australianya. Saya tertawa karena ternyata dia tidak menganggap saya sebagai orang Australia!
Since I was young, I had fond memories of celebrating Chinese New Year in China. The biggest reason was I was able to go and see my grandmother, as I didn’t see them very often. And of course as a little child, my relatives would give me a lot of red pockets and I would feel extremely happy as I felt like I won the lottery as a child! I remember a lot of my Australian friends were a little jealous because they didn’t have a celebration with traditions like these.
Sejak kecil, saya selalu punya kenangan indah tentang perayaan Tahun Baru Imlek di Cina. Utamanya adalah karena saya bisa merayakan liburan ini bersama saudara yang jarang saya temui seperti nenek saya. Tentunya sebagai anak kecil, saya selalu dapat banyak angpao dan saya merasa sangat senang seperti saya memenangkan lotre! Saya masih ingat semua teman-teman orang Australia saya di sekolah merasa sedikit cemburu karena mereka tidak ada perayaan dan tradisi seperti ini.
Now having grown from a child to a young adult, I have realised many things about my dual identity through these funny experiences. I have come to appreciate my identity and embrace the cultural elements which are different. Through this awareness, I am able to better understand the perspectives of others and bridge cultural differences with people from various cultures.
Sekarang setalah saya besar,saya menyadari begitu banyak nilai dari identitas saya sendiri melalui pengalaman lucu yang tersebut. Saya menghargai identitas saya dan merangkul elemen-elemen dari budaya yang berbeda. Dari kesadaran ini, saya bisa memahami lebih banyak tentang perspektif orang lain dan menjembatani perbedaan kebudayaan dengan orang-orang dari kebudayaan lain.
Are you also a youth with dual identity? What are your funny experiences?
Apakah kalian juga seorang pemuda yang punya dua identitas? Ceritakan dong pengalaman-pengalaman lucu kalian!
Future Image: https://www.pexels.com/photo/globe-on-green-plants-4715453/